02 April 2015

Membuat bagian bawah plot yang lebih lebar

Saya pernah berhadapan dengan masalah dengan terpotongnya label pada sumbu-x (horizontal), karena lebel yang digunakan terlalu panjang.  Koding berikut ini akan menjelaskannya.
cacah <- c="" o:p="" sample="">
labels <-list o:p="">
for (i in 1:10) {
 labels[i]<-paste no.label="" panjang="" sangat="" span="" yang="">",
   i,sep="")
}
barplot( height=cacah, names.arg=labels, horiz=F,  

  las=2,col="lightblue", main="Before")



Perhatikan label pada sumbu-x gambar di atas, nampak labelnya sedikit terpotong.  Untuk mengatasi itu kita gunakan parameter mar.
“mar” merupakan vektor numerik yang berbentuk c(bawah, kiri, atas, kanan), nilai vektor ini memberikan ukuran lebar margin pada keempat sisi plot.  Nilai defaultnya adalah c(5, 4, 4, 2)
#melebarkan 6 poin disisi bawah
op <- mar="c(11,4,4,2)) <o:p" par="">
barplot( height=cacah, names.arg=labels, horiz=F, las=2,col="skyblue",
   main="Setelah")
rm(op)


Hasilnya dibserikan oleh gambar di bawah ini:



16 April 2013

Operasi Dasar Elementer Gauss - Jordan

Operasi dasar elementer (ODE) pada matriks seringkali digunakan untuk mendapatkan matriks setara dengan matriks asal.  Sehingga ODE ini seringkali digunakan untuk mencari determinan atau kebalikan matriks.  Prinsipnya adalah dengan mengenakan ODE pada matriks asal sehinggan menjadi matriks setera yang mudah dicari determinannya, misalkan dengan menjadikannya matriks diagonal, yang mana determinannya dicari dengan mengalikan elemen-elemen diagonal utama.

Berikut ini adalah program R untuk melakukan ODE tersebut.

function(x, baris=TRUE){ list( x.asal<<-x, tukar = function(i, j) { if (is.matrix(x)){ if (baris) { ind <- diag(nrow(x)) } else ind <- diag(ncol(x)) } else stop("Objek harus dalam mode matriks") te <- ind[i,]; ind[i,] <- ind[j,]; ind[j,] <- te if (baris) { x <<- ind%*%x } else x <<- x%*%ind return(x) }, kali = function(i, k) { if (is.matrix(x)){ if (baris) { ind <- diag(nrow(x)) } else ind <- diag(ncol(x)) } else stop("Objek harus dalam mode matriks") ind[i,] <- k*ind[i,] if (baris) x <<- ind %*% x else x <<- x %*% ind return(x) }, lipat = function(i, j, k) { if (is.matrix(x)){ if (baris) { ind <- diag(nrow(x)) } else ind <- diag(ncol(x)) } else stop("Objek harus dalam mode matriks") if (baris) { ind[j,i] <- k x <<- ind %*% x} else { ind[i,j] <- k x <<- x %*% ind} return(x) }, hasil = function(){ x.setara <- x; has<-list(Matriks.Asal=x.asal, Matriks.Setara=x.setara) return(has) } ) }

25 Agustus 2010

Pengantar R secara interaktif

28 November 2009

Pengenalan Bahasa R

01 April 2009

Download Program R

Anda ingin mendownload program R ada disini

05 Maret 2009

Manual Bahasa R dan Tutorial

Mau manual R dalam bahasa Indonesia, silahkan didowload , klik disini.
Anda bisa link ke web yang menyediakan tutorial untuk R, klik disini.

13 Januari 2009

Polinomial

Pada aljabar, fungsi polinomial atau disingkat polinomial, adalah suatu fungsi yang berbentuk


Seringkali yang menjadi masalah adalah mendapatkan akar dari polinomial tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut


Berapa nilai-nilai x yang memenuhi persamaan di atas? R dapat menyelesaikan dengan mudah, dengan memanfaatkan package polynom. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

> # panggil package polynom

> libray(polynom)

> p<-polynomial(c(-10, 21, -12, 1))

> p

-10 + 21*x - 12*x^2 + x^3

> solve(p)

[1] 1 1 10

Perhatikan bahwa pada fungsi polynomial argumennya merupakan koefisien-koefisie polinom yang akan kita cari akarnya dan ditulis secara menurun, dari pangkat paling rendah ke yang paling tinggi. Fungsi R polynomial diatas disimpan ke objek (variabel) p. Fungsi solve dengan argument berupa objek p, akan memberikan nilai-nilai akar, yaitu ada tiga, berturut-turut adalah 1, 1, dan 10.

Untuk menggambarkan bagaimana kurva polinom tersebut


memotong sumbu-x, yang menunjukkan akar-akarnya. Perintah R nya adalah sebagai berikut

> plot(p, ylim=c(-110, 20), col="blue")

> abline(h=0, v=c(1,10), lty=2)

Hasilnya adalah sebagai berikut











Ok. Selamat mencoba …